Teori & Praktek Penerjemahan

KONSEP MENERJEMAH Mengungkapkan makna tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu. METODE, PROSEDUR, DAN TEKNIK Tahapan Proses Penerjemahan : METODE  PROSEDUR  TEKNIK PENGERTIAN • Metode merupakan cara penerjemahan nas sumber secara keseluruhan. • Prosedur merupakan cara penerjemahan kalimat yang merupakan bagian dari nas tersebut. • Teknik merupakan cara penerjemahan kata atau frase yang merupakan bagian dari sebuah kalimat. JENIS-JENIS PROSEDUR  Literal  Transfer dan Naturalisasi  Modulasi  Ekuivalensi  Budaya JENIS-JENIS TEKNIK PENERJEMAHAN  Transfer  Transmutasi  Substitusi  Sebagai Penjabaran Prosedur Transposisi  Reduksi  Ekspansi  Teknik Korespondensi  Eksplanasi  Sebagai Penjabaran Prosedur Transposisi  Teknik Deskripsi  Teknik Integratif TEKNIK PENERJEMAHAN SEBAGAI PROSEDUR TRANSPOSISI Transposisi merupakan proses penerjemahan yang berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari bahasa sumber (BS) ke bahasa penerima (BP). Transposisi sebagai proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa. Transposisi merupakan bentuk-bentuk perubahan sintaksis dan kategori kata dari bahasa Arab (BS) ke bahasa Indonesia (BP). TEKNIK TRANSMUTASI Cara penerjemahan dengan mengubah pola urutan fungsi dan kategori dengan memindahkan tempatnya, baik dengan mendahulukan maupun mengakhirkan salah satu unit gramatikal. Dalam penerjemahan BA ke BI, pemindahan urutan ini terjadi pada pola S-P menjadi P-S atau sebaliknya. TEKNIK TRANSFER Cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis, kategori, dan kata sarana dari BS ke BP. Sekaitan dengan penerjemahan BA ke BI, pengalihan itu dapat diterapkan terhadap pola S-P = P-S, P-S =P-S, KS+P = KS+P, N = N, FN = FN, V = V, Pro. =Pro., KS = KS, KS+KS = KS+KS, dan F = F TEKNIK REDUKSI Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang unsur gramatikal dengan cara mengurangi atau membuang unsur gramatikal BS di dalam BP. Dalam penerjemahan BA ke BI, teknik ini tampak pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-(S) menjadi P. TEKNIK EKSPANSI Teknik penerjemahan yang ditandai dengan perluasan fungsi dan kategori yang disebabkan oleh deskripsi Makna BS di dalam BP. Dalam penerjemahan BA ke BI, penambahan terjadi dari P-S menjadi ke K-P-S, kategori A menjadi FA, dari N menjadi FN, dari V menjadi FV, dari V menjadi FN, dan KS (F) menjadi F. TEKNIK EKSPLANASI Teknik penerjemahan yang ditandai dengan mengeksplisitkan unsur linguistik BS di dalam BP, sebagaimana terlihat dari pola perubahan P-(S) menjadi S-P. TEKNIK SUBSTITUSI Teknik pengganti fungsi unsur kalimat BS dengan fungsi lain tatkala kalimat itu direstrukturisasi di dalam BP, sebagaimana terlihat dari pergantian P dengan K pada kalimat nomina BS yang berpola P- S. TEKNIK PENERJEMAHAN SEBAGAI PENJABARAN PROSEDUR EKUIVALENSI Pertama, ekuivalensi merupakan tujuan atau produk dari proses penerjemahan. Dengan kata lain ekuivalensi adalah padanan yang paling wajar antara bahasa sumber dan bahasa penerima. Kedua, ekuivalensi merujuk pada salah satu prosedur penerjemahan sebagaimana yang dikemukakan Newmark (1988) bahwa prosedur ini digunakan untuk menerjemahkan kosa kata kebudayaan di dalam bahasa penerima dengan cara sedapat mungkin mendekati makna sebenarnya di dalam bahasa sumber. TEKNIK KORESPONDENSI Teknik penyamaan konsep BS dengan BP melalui penerjemahan kata dengan kata dan frase dengan frase, yang berlandaskan asumsi bahwa ada kesamaan antara keduanya. TEKNIK DESKRIPSI Teknik penerjemahan dengan menjelaskan makna kata BS di dalam BP seperti tampak pada perubahan kata menjadi frase atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks. TEKNIK INTEGRATIF Pemakaian dua teknik sekaligus dalam mereproduksi makna BS di dalam BP. MASALAH PENERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA  Masalah Interferensi dalam terjemahan  Masalah Teoretis  Masalah Kosa kata Kebudayaan dan Metafora Masalah Teoretis 1. Kompleksitas proses penerjemahan 2. Keluasan wawasan penerjemah 3. Pencarian padanan yang wajar 4. Pemahaman budaya dua bahasa 5. Masalah grafologis Masalah Metafora Masalah metafora kata yang berhubungan dengan kebudayaan Secara umum, ada dua kelompok metode penerjemahan, yaitu metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber dan metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. A. Penerjemahan yang Berorientasi pada Bahasa Sumber 1. Penerjemahan kata-perkata (word - for - word translation) Umumnya metode ini digunakan sebagai tahapan pra penerjemahan. Hasil penerjemahan dengan metode ini mirip dengan terjemahan menggunakan mesin penerjemah. Contoh : Life is cheap in Indonesia" diterjemahkan menjadi "Hidup adalah murah di Indonesia." 2. Penerjemahan harfiah Metode ini masih kental sekali mengikuti bahasa sumber, sehingga dihasilkan terjemahan yang membingungkan (tak bermakna). Contoh : "It's raining cats and dogs" diterjemahkan menjadi "Hujan anjing dan kucing." 3. Penerjemahan setia (faithful translation) Metode ini mencoba mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber tapi masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Penerjemahan ini berpegang teguh dengan maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku. Contoh : " Ben is too well aware that he is naughty" diterjemahkan menjadi "Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal." Akan lebih terasa wajar, jika kalimat tersebut diterjemahkan menjadi " Ben sangat sadar bahwa ia nakal." 4. Penerjemahan Semantis (Semantic translation) Metode ini menghasilkan terjemahan yang lebih fleksibel dan kreatif dibandingkan penerjemahan setia. Penerjemahan semantis memperhatikan unsur estetika bahasa sumber (seperti bunyi uang indah dan natural). Contoh : "He is a book-worm", diterjemahkan menjadi "Dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca." B. Penerjemahan Berorientasi pada Bahasa Sasaran 1. Adaptasi (termasuk saduran) Metode ini mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Metode ini biasanya digunakan untuk penerjemahan drama atau puisi dengan mempertahankan tema, karakter dan alurnya; tetapi dialognya disadur dan disesuaikan. 2. Terjemahan bebas (free translation) Metode ini mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk (tata bahasa, gaya bahasa maupun organisasi gagasan dalam teks." Contoh : Time, May 28, 1990 : "Hollywood Rage for Remark." Menjadi Suara Merdeka, 15 Juli 1990 : "Hollywood Kekurangan Cerita. Lantas Rame-Rame Bikin Film Ulang." 3. Terjemahan Idiomatis (Idiomatis translation) Metode ini menghasilkan terjemahan yang bentuk dan isinya mudah dipahami pembaca. Contoh : "Mari minum bir bersama-sama" diterjemahkan menjadi " I'll shout you beer." Bandingkan dengan terjemahan semantis : "Let me buy you a beer." 4. Terjemahan Komunikatif Metode ini menghasilkan terjemahan yang langsung dapat dimengerti baik aspek kebahasaan maupun isinya. Contoh dalam teks : thorns spines in old sediments. Jika ditujukan untuk kalangan ilmuwan biologi, maka kata spines diterjemahkan menjadi "spina." Tetapi jika ditujukan untuk orang awam, kata spines diterjemahkan dengan "duri."

1 comment:

  1. Sebaiknya agan ganti template blognya deh gan..

    soalnya tulisan yang nyambung terus tanpa gambar maupun alinea begini nggak akan menarik sama sekali untuk dibaca.. padahal artikelnya bagus2.

    semoga saran saya membantu.

    ReplyDelete